Kejadian demi kejadian yang dialami di dalam negeri ini telah memberi
dampak yang sangat besar. Tidak sedikit kerugian yang dialami, termasuk
nyawa manusia juga. Namun hal yang perlu dipertanyakan, apakah
pengalaman tersebut sudah cukup menyadarkan manusia untuk melihat
kesalahan dalam dirinya? Ataukah manusia justru merasa lebih nyaman
dengan sikap menghindar dan menyelamatkan diri tanpa suatu pencarian
solusi yang lebih baik dan lebih tepat lagi?
Ada beberapa usaha yang mestinya dilakukan oleh manusia
dalam upaya pelestarian lingkungan hidup, yaitu upaya rekonsiliasi,
perubahan konsep atau pemahaman tentang alam dan menanamkan serta membangun budaya
pelestari.
a. Upaya Rekonsiliasi
Setiap peristiwa dan kejadian alam sebagai akibat dari kerusakan
lingkungan hidup merupakan suatu pertanda bahwa manusia mesti sadar dan
berubah. Upaya rekonsiliasi menjadi suatu sumbangan positif yang perlu
disadari. Tanpa sikap rekonsiliasi, maka kejadian-kejadian alam sebagai
akibat kerusakan lingkungan hidup hanya akan menjadi langganan yang
terus-menerus dituai.
b. Perubahan Konsep tentang Alam
Salah satu paham yang mungkin menjadi akar permasalahan seputar
kerusakan lingkungan hidup adalah terjadinya pergeseran konsep manusia
tentang alam. Berbagai fakta kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di
dalam tanah air kita tidak lain adalah hasil dari suatu pergeseran
pemahaman manusia tentang alam. Cara pandang tersebut melahirkan
tindakan yang salah dan membahayakan. Misalnya, konsep tentang alam
sebagai obyek. Konsep ini seolah-olah bahkan secara terang-terangan
memberi indikasi bahwa manusia cenderung untuk mempergunakan alam semau gue. Dan
tindakan dan perilaku manusia dalam mengeksplorasi alam terus terjadi,
tanpa disertai suatu pertanggung jawaban bahwa alam perlu dijaga
keutuhan dan kelestariannya.
Oleh karena itu, tak jarang pula binatang-binatang yang seharusnya
dilindungi pada akhirnya menjadi korban perburuan manusia-manusia yang
tidak bertanggung jawab. Pemabalakan liar yang terjadi pun tak dapat
dibendung lagi. Pencemaran tanah dan air sudah menjadi lagu lama yang
terus dinikmati. Dan permasalahan seputar polusi telah menjadi semacam
udara segar yang terus dihirup manusia tanpa menyadari bahwa terdapat
kandungan toksin yang membahayakan. Jadi, di sini alam merupakan obyek
yang terus menerus dieksplorasi dan dipergunakan sejauh manusia
membutuhkannya.
c. Menambah dan Membangun Budaya Pelestari
Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah menanamkan budaya pelestari
tersebut kepada anak-anak sejak berada di bangku pendidikan. Misalnya
pemberian porsi yang lebih kurang banyak tentang persoalan lingkungan
hidup agar terbangunlah semangat kesadaran untuk menghargai dan
menghormati lingkungan tempat tinggalnya. Tidak sebatas itu saja, tetapi
perlu juga membiasakan anak-anak untuk terlibat dalam upaya-upaya
pelestarian lingkungan hidup. Jadi, adanya perpaduan antara teori dan
praktek.
Penanaman budaya pelestari yang dilakukan sejak dini merupakan suatu
upaya yang sangat efektif dalam mengatasi persoalan kerusakan lingkungan
hidup yang terjadi. Tentunya di sini membutuhkan partisipasi dan
tanggung jawab orang tua dalam keluarga dan juga dalam seluruh proses
pendidikannya di bangku sekolah. Dengan demikian, melalui pembiasaan
yang dilakukan secara kontinyu tersebut generasi yang akan datang
semakin menyadari akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Selanjutnya, proses penyadaran tersebut juga dapat dilakukan sebagai
kebiasaan yang turut membentuk rasa tanggung jawab manusia dalam
mempergunakan lingkungan hidup.